Halo sahabat GP di seluruh nusantara, tak terasa kini saya telah melawati separuh dari kegiatan pada modul 3.1, tepatnya pada minggu ke-18. Kali ini saya akan membagikan mengenai Jurnal Refleksi Mingguan yang telah saya buat dengan menggunakan Canva. Mudah-mudahan dapat bermanfaat.
Pembelajaran Kimia kelas XI
Senyawa organik mengandung atom karbon dalam molekulnya. Atom karbon memiliki beberapa sifat khas sehingga memiliki kelimpahan yang besar di alam. Yuk kepoin aeperti apa penjelasannya.
Kegiatan Pembelajaran 2
Senyawa Hidrokarbon dapat dibedakan menjadi alkana, alkena dan alkuna. Ingin tahu seperti apa bedanya dan bagaimana cara pemberian namanya? Yuk di cek!.
Modul 1.1 PGP Angkatan 3
Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara.
Saturday, February 12, 2022
Thursday, February 10, 2022
CATATAN SIPENGGERAK: REFLEKSI TERBIMBING MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN
Dari delapan pertanyaan yang ada, pilihlah minimal empat pertanyaan sebagai bahan refleksi Anda.
- Bagaimana/sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah
Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4
paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9
langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut
Anda di luar dugaan?
- Tuliskan pengalaman Anda dalam menggunakan ketiga materi tersebut
dalam proses Anda mengambil keputusan dalam situasi dilema etika yang Anda
hadapi selama ini. Anda dapat juga menulis tentang sebuah situasi
dilema etika yang dihadapi oleh orang lain serta keputusan yang diambil.
Berilah ulasan berdasarkan 3 materi yang telah Anda pelajari di modul ini.
- Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan
keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dalam situasi moral dilema? Kalau
pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
- Bagaimana dampak mempelajari materi ini buat Anda, perubahan apa
yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah
mengikuti pembelajaran modul ini?
- Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang
individu dan Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran?
- Apa yang Anda bisa lakukan untuk membuat dampak/perbedaan di
lingkungan Anda setelah Anda mempelajari modul ini?
- Selain konsep-konsep tersebut, adakah hal-hal lain yang menurut Anda
penting untuk dipelajari dalam proses pengambilan keputusan sebagai
pemimpin pembelajaran?
- Adakah nilai-nilai kebajikan yang ditanamkan oleh orangtua anda atau
bahkan kakek nenek buyut Anda yang menjadi karakter khas suku atau
masyarakat dimana Anda tinggal? Bagaimana Anda sebagai seorang guru akan
menggunakannya untuk membantu Anda dalam pengambilan keputusan?
REFLEKSI TERBIMBING
MODUL 3.1
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN
Sebagai
seorang pemimpin pembelajaran, kita tentunya tak akan pernah lepas dari
pengambilan-pengambilan keputusan yang berkenaan dengan tugas dan fungsi kita
sebagai pendidik. Terkadang dalam pengambilan keputusan kita akan dihadapkan
kedalam dilema etika yang memaksa kita untuk mengkaji lebih jauh keputusan yang
kita ambil dengan menggunakan paradigma apa yang kita akan gunakan dalam
menentukan pilihan, bagaimana cara kita berfikir dalam pengambilan keputusan
tersebut serta kita juga perlu melakukan pengujian atas keputusan yang akan
kita ambil. Secara umum, saya memahami bahwa dalam paradigma dilema etika
(benar lawan benar) ada dikenal 4 pertentangan nilai kebenaran yakni individu lawan masyarakat (kepentingan
pribadi lawan kepentingan orang banyak), rasa
keadilan lawan rasa kasihan (dalam paradigma ini ada pilihan antara
mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya berlandaskan
rasa kasihan dan kasih sayang), kebenaran
lawan kesetiaan (Kadang kita perlu untuk membuat pilihan antara berlaku
jujur dan berlaku setia/bertanggung jawab kepada orang lain), serta Jangka pendek lawan jangka panjang
(kadang perlu untuk memilih antara yang kelihatannya terbaik untuk saat ini dan
yang terbaik untuk masa yang akan datang). Dalam menentukan pola pikir untuk
penentuan keputusan terdapat 3 acuan sebagai sebuah prinsip pengambilan
keputusan yakni berfikir berdasarkan
hasil akhir (mengutamakan kepentingan dan pemenuhan kebutuhan orang
banyak), berfikir berdasarkan peraturan
(mengacu pada aturan, norma etika serta hukum yang berlaku universal) serta berfikir berdasarkan rasa peduli
(mengedepankan rasa empati, kasih sayang dan mengedepankan nilai moral). Untuk
mematangkan keputusan yang akan diambil dapat dilakukan pengujian terhadap
keputusan dengan menerapkan 9 langkah pengujian. Dari pengujian ini mungkin saja
akan muncul opsi lain yang lebih bijaksana dan bertanggung jawab sehingga
keputusan yang akan diambil dapat berdampak pada murid dan dapat dipertanggung
jawabkan.
Dalam ruang
kolaborasi yang telah dilewati, hal-hal diatas telah dilakukan untuk menganalisis
kasus yang memang kami alami. Dengan menerapkan langkah-langkah tersebut
ternyata mampu memunculkan pilihan keputusan yang tak terduga sebelumnya.
Keputusan tersebut muncul dalam opsi trilema setelah menentukan fakta-fakta
yang muncul dalam dilema tersebut. Dari gambaran tersebut memanglah sangat
penting untuk mempelajari modul ini sehingga dihasilkan suatu keputusan yang
bijaksana dan bertanggung jawab.
Sebelum
mempelajari modul ini, tentunya saya belum paham bagaimana menghadapi dilema
etika maupun bujukan moral yang tepat sehingga diambil keputusan yang tepat.
Pada kondisi tersebut, saya lebih cenderung mengandalkan intuisi untuk
menentukan keputusan. Terkadang keputusan yang diambil juga lebih terkesan
tergesa-gesa dan bahkan terlalu berfikir berdasarkan aturan-aturan dan kurang
mengedepankan nilai-nilai kebajikan yang juga penting untuk diperhatikan dalam
pengambilan keputusan.
Dari gambaran
tersebut, saya berpandangan bahwa materi dalam modul ini sangat penting untuk
dipahami agar kita sebagai pemimpin pembelajaran dapat mengambil keputusan yang
bijaksana dengan memperhatikan nilai-nilai etika universal di lingkungan kita
serta situasi kondisi saat keputusan tersebut akan diambil. Dengan demikian
keputusan yang berdampak pada murid dan bertanggung jawab dapat kita tentukan
dan laksanakan.
Dalam
pengambilan keputusan selain dari konsep-konsep tersebut tentunya adalah
kematangan emosi dan kepekaan sosial juga sangat dipentingkan. Dengan
pengalaman-pengalaman dalam penentuan keputusan saya rasa akan mematangkan kita
terkait dengan hal tersebut. Terkadang kita dalam mengambil keputusan mungkin
akan bertindak terlalu emosional karena situasi sehingga keputusan yang diambil
terkesan tergesa-gesa. Begitu pula kemampuan untuk membaca situasi dan kondisi
sosial dilingkungan sekitar juga sangat penting sehingga kita dapat mengenali
nilai-nilai etika di lingkungan kerja kita serta kondisi-kondisi yang harus
kita perhatikan dalam mengambil sebuah keputusan. Selain itu tindakan reflektif
juga sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan.
Saturday, February 5, 2022
Contoh Jurnal Refleksi Pengambilan Keputusan yang Bertanggungjawab
Halo sahabat PGP, kini kita telah berada pada modul 3.1 dan telah menginjak minggu ke-17 dari rangkaian PGP. Nah kali ini saya ingin berbagi tentang Jurnal Refleksi Mingguan yang saya buat. Yuk, kita simak bersama.
Tuesday, February 1, 2022
HIDROLISIS GARAM
Pernahkah Anda menggunakan garam dapur, soda kue dan pupuk ZA? Untuk apa bahan-bahan tersebut? Mungkin Anda menggunakan garam dapur untuk memberikan rasa asin pada makanan, soda kue untuk membuat adonan kue menjadi lebih mengembang dan pupuk ZA untuk menyuburkan tanaman.
Air terbentuk dari penggabungan ion H+
dari asam dan ion OH- dari basa. Karena air (H2O) bersifat
netral, maka reaksi antara ion H+ dengan ion OH- disebut
dengan reaksi penetralan. Sementara
itu, kation dari asam selain OH- dan anion dari basa selain H+ akan
membentuk garam.
Bagaimana dengan sifat garam yang terbentuk dari reaksi asam basa? Apakah semua garam yang terbentuk juga hanya bersifat netral? Faktanya ada garam yang bersifat asam, basa, maupun netral. Sifat senyawa asam dan basa dapat diidentifikasi dengan menggunakan indikator, salah satunya yaitu dengan menggunakan kertas lakmus. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka kita akan mempelajari tentang konsep hidrolisis garam.
Sifat larutan garam dapat dijelaskan
dengan konsep hidrolisis. Hidrolisis merupakan istilah yang umum digunakan
untuk reaksi zat dengan air (hidrolisis berasal dari kata hydro yang berarti air dan lysis
yang berarti peruraian). Menurut konsep ini komponen garam (kation dan anion)
yang berasal dari asam lemah atau basa lemah bereaksi dengan air
(terhidrolisis) membentuk H3O+ atau OH-.
Hidrolisis kation menghasilkan ion H3O+ dan hidrolisis
anion menghasilkan OH-.
Garam yang terhidrolisis di dalam air
akan bersifat asam atau bersifat basa. Garam yang berasal dari reaksi asam kuat
dan basa lemah akan menghasilkan ion H+ dan bersifat asam, sedangkan
garam yang berasal dari reaksi basa kuat dan asam lemah akan menghasilkan ion
OH- dan bersifat basa. Untuk mengetahui apakah suatu garam bersifat
asam, basa atau netral dapat dilakukan analisis menggunakan kertas lakmus. Jika
garam tersebut bersifat asam (memerahkan kertas lakmus) atau bersifat basa
(membirukan kertas lakmus). Garam yang bersifat netral (tidak mengubah warna
kertas lakmus). Secara umum garam dibedakan menjadi 3 yaitu:
1.
Garam yang tidak terhidrolisis.
Garam yang berasal dari asam kuat dan
basa kuat tidak mengalami hidrolisis dan bersifat netral.
2. Garam
yang terhidrolisis sebagian.
Garam yang terhidrolisis sebagian ini
biasanya terbentuk dari reaksi antara asam kuat dan basa lemah atau basa kuat
dan asam lemah. Garam-garam ini biasanya bersifat asam atau basa.
3. Garam
yang terhidrolisis sempurna.
Garam yang terhidrolisis sempurna ini
biasanya terbentuk dari reaksi antara asam lemah dan basa lemah. Garam-garam
ini biasanya bersifat asam atau basa.
Reaksi Hidrolisis
1. Garam
yang Berasal dari Asam Kuat dan Basa Kuat
Garam yang berasal dari dari asam kuat
dan basa kuat tidak terhidrolisis. Hal ini dikarenakan ion-ion yang berasal
dari asam kuat dan basa kuat tersebut tidak memiliki kecenderungan untuk
membentuk asam atau basa asalnya. Sehingga garam yang berasal dari asam kuat
dan basa kuat ini terionisasi sempurna dalam air. Sebagai contoh jika
melarutkan NaCl murni dalam air, maka NaCl akan terionisasi sempuran menjadi Na+
dan Cl-. Persamaan reaksinya adalah:
Karena
ion Na+ dan Cl- bersifat stabil di dalam air maka tidak terjadi reaksi dengan
air karena masing-masing berasal dari asam kuat dan basa kuat, jadi melarutnya
garam ini tidak merubah konsentarsi ion H+ dan ion OH-.
Sehingga garam dengan tipe ini, pH-nya sama dengan pH air yaitu 7 (larutan
bersifat netral).
2. Garam
yang Berasal dari Asam Lemah dan Basa Kuat
Anion dari asam lemah CH3COO-, HCOO-, dan F- akan bereaksi dengan air (terhidrolisis) sesuai dengan persamaan reaksi berikut.
3. Garam
yang berasal dari Basa Lemah dan Asam Kuat
4. Garam yang berasal dari asam lemah dan
basa lemah
Pada
hasil reaksi terdapat ion OH- dan ion H+. jadi, garam ini
mugkin bersifat asam, basa, atau netral. Konsentrasi ion OH- atau
ion H+ serta nilai pH yang dihasilkan sangat tergantung pada harga Ka
dan Kb. Jika harga Ka lebih besar daripada Kb,
ion H+ akan dihasilkan lebih banyak, dan sebaliknya jika Ka
lebih kecil daripada Kb, maka ion H+ yang dihailkan lebih
sedikit. Demikian juga dengan Kb, jika Kb yang dihasilkan
lebih besar daripada Ka maka ion OH- yang dihasilkan
banyak. Sebaliknya jika Kb lebih kecil dari Ka, ion OH-
yang dihasilkan lebih sedikit. Hubungan antara Ka dan Kb
adalah sebagai berikut.
a. Jika
harga Ka lebih besar daripada harga Kb, berarti
konsentrasi ion H+ yang dihasilkan lebih banyak daripada konsentrasi
OH- sehingga garam tersebut bersifat asam.
b. Jika
harga Ka lebih kecil daripada harga Kb, berarti
konsentrasi ion H+ yang dihasilkan lebih sedikit daripada
konsentrasi OH- sehingga garam tersebut bersifat basa.
c.
Jika harga Ka sama dengan
harga Kb, berarti konsentrasi ion H+ dan ion OH-
yang dihasilkan adalah sama sehingga garam tersebut bersifat netral.
Sunday, December 5, 2021
PENGERTIAN LARUTAN ASAM BASA
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai senyawa asam dan basa, seperti aspirin dan obat maag cair, walaupun banyak orang yang tidak mengetahui nama kimianya asam asetilsalisilat (aspirin) dan magnesium hidroksida (obat maag cair). Di samping sebagai bahan dasar dari produk rumah tangga dan obat obatan, kimia asam-basa berperan penting dalam proses industri dan sangat diperlukan dalam mempertahankan sistem biologis.
Istilah asam berasal dari bahasa latin yaitu acetum yang berarti cuka. Zat yang bersifat asam antara lain : asam khlorida (HCI), air aki (asam sulfat) dan pembersih porselin, jeruk, lemon, dll.
Secara umum senyawa basa memiliki ciri-ciri sebagai berikut
1. Senyawa asam memiliki rasa masam.
2. Dapat merubah warna indikator misalnya kertas lamus biru menjadi merah.
3. Bersifat korosif terhadap logam.
4. Jika dilarutkan ke dalam air menghasilkan ion hydrogen (H+).
5. Memiliki nilai pH (derajat keasaman) kurang dari 7. Semakin kecil nilai pH suatu zat maka semakin kuat sifat keasamannya.
6. Larutan asam dalam air menghantarkan arus listrik.
Sifat senyawa basa
Istilah basa berasal dari bahasa arab yang berarti abu. Zat yang bersifat basa antara
lain: Natrium Hidroksida (NaOH), Kalium Hidroksida (KOH), pasta gigi dan sabun.
Secara umum
senyawa asam memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Basa memiliki rasa pahit.
2.
Basa terasa licin; misalnya, sabun yang
mengandung basa memiliki sifat ini.
3.
Dapat merubah warna indikator kertas lakmus
merah menjadi biru.
4.
Bersifat kaustik artinya dapat merusak kulit
5.
Jika dilarutkan ke dalam air menghasilkan ion
hidroksida (OH)
6.
Memiliki pH lebih dari 7. Semakin besar nilah pH
suatu zat maka semakin kuat derajat kebasaanya.
Teori Asam Basa
Dalam kehidupan sehari-hari, senyawa
asam dan basa memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Seperti
ditemukan dalam tubuh makhluk hidup, makanan, obat-obatan, produk rumah tangga,
pertanian maupun bahan baku industri. Berikut ini adalah gambar-gambar kegunaan
asam dan basa yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari:
Berdasarkan gambar-gambar tersebut,
tahukah kalian apa pengertian dari senyawa asam-basa? Bagaimana cara
membedakannya?. Untuk mengetahuinya, kalian akan mempelajari pada bab ini.
Istilah asam (acid) berasal dari bahasa Latin “acetum” yang berarti cuka, karena diketahui zat utama dalam cuka adalah asam asetat. Adapun basa (alkali) berasal dari bahasa Arab yang berarti abu. Hingga saat ini, ada tiga pengertian asam-basa yang dikemukakan oleh empat ilmuwan. Mereka adalah Svante Arrhenius, Johannes Bronsted, Thomas Lowry, dan Gilbert Newton Lewis. Namun, pada pembahasan kali, hanya akan dibahas tentang teori asam-basa menurut Svante Arrhenius.
1 |
Teori
Asam-Basa Arrhenius |
Tahun 1884, ilmuwan Swedia bernama
Svante Arrhenius mengemukakan pengertian asam-basa berdasarkan reaksi ionisasi.
Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air dapat melepaskan ion hidrogen
(H+), sedangkan basa adalah zat yang dalam air dapat melepaskan ion
hidroksida (OH-). Hal ini dapat dijelaskan dengan persamaan reaksi
ini:
2 |
Teori
Asam-Basa Bronsted Lowry |
Teori Arrhenius ternyata hanya berlaku pada larutan dalam air. Teori ini tidak dapat menjelaskan fenomena pada reaksi tanpa pelarut atau dengan pelarut bukan air. Johannes Bronsted dan Thomas Lowry pada tahun 1923, menggunakan asumsi sederhana yaitu: Asam memberikan ion H+ pada ion atau molekul lainnya, yang bertindak sebagai basa. Contoh, disosiasi air, melibatkan pemindahan ion H+ dari molekul air yang satu dengan molekul air yang lainnya untuk membentuk ion H3O+ dan OH-.
Reaksi antara HCl dan air menjadi dasar untuk memahami definisi asam dan basa menurut Brønsted-Lowry. Menurut teori ini, ketika sebuah ion H+ ditransfer dari HCl ke molekul air, HCl tidak berdisosiasi dalam air membentuk ion H+ dan Cl-. Tetapi, ion H+ ditransfer dari HCl ke molekul air untuk membentuk ion H3O+, seperti berikut ini.
Sebagai sebuah proton, ion H+ memiliki ukuran yang lebih kecil dari atom yang terkecil, sehingga tertarik ke arah yang memiliki muatan negatif yang ada dalam larutan. Maka, H+ yang terbentuk dalam larutan encer, terikat pada molekul air. Model Brønsted, yang menyebutkan bahwa ion H+ ditransfer dari satu ion atau molekul ke yang lainnya, ini lebih masuk akal daripada teori Arrhenius yang menganggap bahwa ion H+ ada dalam larutan encer.
Dari pandangan model Brønsted, reaksi antara asam dan basa selalu melibatkan pemindahan ion H+ dari donor proton ke akseptor proton. Asam bisa merupakan molekul yang netral.
Pasangan asam-basa konjugasi
Reaksi antara asam dan basa Bronsted_Lowry disebut pertukaran proton. Jika asam disimbolkan sebagai HA dan basa disimbolkan sebagai B, maka reaksi umum asam-basa ini adalah:
Skema reaksi dapat dilihat pada persamaan berikut:Reaksi ke kanan, NH3
menerima proton dari H2O. Jadi, NH3 adalah basa dan H2O
adalah asam. Pada reaksi kebalikannya, NH4+ donor proton
terhadap OH–. Oleh sebab itu, ion NH4+ adalah
asam dan ion OH– adalah basa. Spesi NH3 dan NH4+
berbeda dalam hal jumlah protonnya. NH3 menjadi ion NH4+
melalui pengikatan proton, sedangkan ion NH4+ menjadi NH3
melalui pelepasan proton. Spesi NH4+ dan NH3
seperti ini dinamakan pasangan konjugat asam basa.
Pasangan konjugat asam basa terdiri atas dua spesi yang terlibat dalam reaksi asam basa, satu asam dan satu basa yang dibedakan oleh penerimaan dan pelepasan proton. Asam pada pasangan itu dinamakan asam konjugat dari basa, sedangkan basa adalah basa konjugat dari asam. Jadi, NH4+ adalah asam konjugat dari NH3 dan NH3 adalah basa konjugat dari NH4+.
Teori asam basa terus berkembang
dari waktu ke waktu. Pada tahun 1923, seorang ahli kimia Amerika Serikat,
Gilbert N. Lewis , mengemukakan teorinya tentang asam basa berdasarkan serah
terima pasangan elektron. Lewis berpendapat asam adalah partikel (ion atau
molekul) yang dapat menerima (akseptor) pasangan elektron. Sedangkan basa
didefinisikan sebagai partikel (ion atau molekul) yang memberi (donor) pasangan
elektron.
Reaksi asam basa menurut Lewis berkaitan dengan pasangan elektron yang terjadi pada ikatan kovalen koordinasi. Perhatikan reaksi di bawah ini.
Pada reaksi antara H+ dan NH3,
H+ bertindak sebagai asam, sedangkan NH3 bertindak
sebagai basa.
Teori asam basa Lewis
lebih luas daripada teori asam basa Arrhenius dan teori asam basa Bronsted-Lowry. Hal ini disebabkan:
- Teori Lewis dapat menjelaskan reaksi asam basa
dalam pelarut air, pelarut selain air, bahkan tanpa pelarut.
- Teori Lewis dapat menjelaskan reaksi asam basa
tanpa melibatkan transfer proton (H+), seperti reaksi antara NH3
dengan H+
Penentuan Sifat Asam Basa
Untuk dapat menentukan sifat asam basa dari suatu larutan kita dapat menggunakan suatu alat yang disebut dengan indikator. Indikator tersebut terdapat dalam berbagai macam bentuk dan wujud seperti kertas lakmus, indikator universal, Phenol Ptialin, Metilen biru dan lain sebagainya.
Indikator asam basa yang paling sederhana dan sering digunakan untuk menentukan sifat asam basa suatu larutan adalah kertas lakmus. Kertas lakmus terdapat dua jenis yakni lakmus merah dan lakmus biru. Apabila lakmus merah dimasukkan kedalam larutan asam maka warnanya tetap merah dan apabila dimasukkan kedalam larutan basa akan menjadi berwarna biru. Sedangkan apabila lakmus biru dimasukkan kedalam larutan asam maka akan berwarna merah dan pada larutan basa akan berwarna biru.
Untuk dapat memahaminya lebih lanjut simaklah video berikut.
CONTOH JURNAL REFLEKSI (TEKNIK COACHING)
Kini saya sudah sampai pada modul terakhir pada paket modul 2. Teknik Coaching menjadi pamungkas pada paket modul ini. Dalam teknik Coaching ini saya belajar banyak tentang komunikasi yang dapat menguatkan kekuatan kodrat siswa serta mengajak siswa untuk dapat mengatasi masalahnya dengan kekuatan kodrat mereka sendiri. Seorang Coach hanyalah "penuntun" bukan pemberi dan pendamping.
Nah pada kesempatan ini saya akan membagikan Jurnal Refleksi Mingguan saya, dimana dalam jurnal ini saya juga ingin menyampaikan doa yang mendalam bagi sahabat, saudara kita yang terdampak erupsi gunung Semeru, khususnya Bapak Fasilitator kami yang ada di Lumajang, semoga semuanya diberi keselamatan, kesehatan serta ketabahan dalam menghadapi bencana ini.