Senyawa organik mengandung atom karbon dalam molekulnya. Atom karbon memiliki beberapa sifat khas sehingga memiliki kelimpahan yang besar di alam. Yuk kepoin aeperti apa penjelasannya.
Senyawa Hidrokarbon dapat dibedakan menjadi alkana, alkena dan alkuna. Ingin tahu seperti apa bedanya dan bagaimana cara pemberian namanya? Yuk di cek!.
Saat ini istilah Merdeka Belajar sangat sering terdengar dalam dunia pendidikan. Hal ini tentunya tak terlepas dari diterapkannya Kurikulum Merdeka pada Sekolah Penggerak serta sekolah-sekolah yang secara mandiri menerapkan Kurikulum Merdeka. Dalam implementasi kurikulum ini, kita sering mengenal istilah pembelajaran berbasis projek sebagai salah satu bentuk pembelajaran yang dapat memerdekakan murid.
Sesungguhnya pembelajaran berbasis projek bukanlah barang baru bagi seorang pendidik. Akan tetapi dengan konsep merdeka belajar pembelajaran berbasis proyek menjadi lebih populer diterapkan saat ini dalam pembelajaran.
Ketika menerapkan projek dalam pembelajaran, pendidik jangan sampai terjebak dalam konsep membuat projek dan pembelajaran berbasis projek. Nah, apakah keduanya berbeda? Ya, keduanya adalah sesuatu yang berbeda. Lalu, apa perbedaannya, mari kita simak bersama.
Ketika dalam pembelajaran kita membuat projek, maka ide akan berasal dari gurur. Umumnya projek ini bermula dari tugas yang diberikan oleh guru kepada murid. Projek yang dibuat adalah tujuan dari capaian pembelajaran tertentu dalam bentuk penugasan. Umumnya, produk yang dihasilkan berupa barang. Sedangkan Pembelajaran Berbasis Projek menekankan pada kemampuan murid untuk berfikir kritis dan kreatif untuk menuangkan ide dan gagasan tertentu. Dengan kata lain, ide berasal dari murid. Projek yang mereka rancang bermula dari masalah sekitar yang ditemukan murid. Projek yang mereka rancang bertujuan untuk mencari solusi untuk suatu masalah. Dengan demikian, produk yang dihasilkan tentunya akan berbeda-beda.
Dengan menerapkan Pembelajaran Berbasis Projek secara otomatis kita telah menerapkan pembelajaran berdifrensiasi. Dalam hal ini, murid memiliki kesempatan untuk memilih permasalahannya secara mandiri sebagai topik dari proyek mereka sebagai bentuk promosi pilihan dan suara murid. Mereka juga akan belajar dengan kesiapan belajar yang berbeda, proses yang berbeda dalam mengerjakan projek serta produk yang sudah pasti berbeda.
Dalam memulai Pembelajaran Bernbasis Projek guru tidak perlu memaparkan informasi untuk memperkenalkan pengetahuan tentang topik projek. Guru cukup membimbing murid sehingga mereka mampu mencari informasi sendiri, malah bisa dengan langsung praktik dan belajar dari kesalahan.
Begitu pula dengan pemecahan msalah. Guru tidak perlu memulai pembelajaran dengan memecahkan masalah. Memecahkan masalah adalah hal yang dilakukan terakhir bukan diawal. Yang dilakukan diawal adalah mengidentifikasi masalah, memahami mengapa masalah itu terjadi, apa saja penyebabnya dan mencari tahu akar permasalahannya. Lalu, siapa yang memecahkan masalah dalam projek tersebut? yang memecahkan masalah dalam Pembelajaran Berbasis Projek adalah murid itu sendiri.
Lalu, apakah salah membuat projek? Tentu tidak. Membuat projek jauh akan lebih baik daripada belajar hanya dengan menghapal saja. Apalagi jika pembelajaran dikemas dengan Pembelajaran Berbasis Projek, baik dalam mata pelajaran maupun penguatan Profil Pelajar Pancasila. Mari menjadi pendidik merdeka.
Disetiap pagiku aku selalu menyempatkan
menengok halaman rumah mungilku yang selalu ramai dihiasi gugusan warna-warni
bunga anggrek. Ya, berkebun anggrek adalah salah satu hobi yang telah aku
geluti sekian lama. Koleksiku terbilang cukup lengkap. Dari anggrek spesies, endemic
hingga anggrek hybrid aku miliki di taman kecilku. Sebuah hobi yang membuat
diri ini nyaman, gembira dan selalu menebarkan bahagia.
Tetapi tunggu, pandangan ini sedikit
terganggu karena melihat seonggok binatang lembek sedikit berbulu menggerogoti
kuntum bunga salah satu koleksiku. Tak hanya satu, makhluk sejenis lainnya
mengoyak-ngoyak hijaunya daun anggrek yang baru saja mulai terlihat pucuknya. Sebuah
pemandangan menyayat hati. Pemandangan yang membuat diri ini sedikit memaki
didalam hati.
Karena masih penasaran dengan ulat-ulat itu,
akupun kembali menyusuri anggrek-anggrekku untuk mencari keberadaan mereka. Hingga
pada satu titik aku bertemu benda asing lainnya. Sesuatu yang bergantung dengan
penampakan kulit yang berkilau. Kepompong, ya aku yakin itu kepompong. Kepompong
yang menandakan metamorfosa kupu-kupu yang selama ini membantu pembuahan pada
bunga-bunga anggrekku. Aku baru tau siapa pelaku pembuahan pada anggrek-anggrek
ini.
Akupun mulai terdiam sejenak, teringat dengan
kupu-kupu yang biasanya setiap pagi selalu ikut untuk menikmati indahnya
bunga-bunga ini. Aku sangat menyukainya ketika melihat mereka terbang dan
hinggap dari kuntum kekuntum lainnya. Bak penari yang begitu lincahnya diatas
panggung pentas.
Akupun berfikir, ternyata kupu-kupu yang
begitu indah dan aku kagumi keindahannya adalah “sipendosa” yangtelah
mengoyak-nyoyak anggrek-anggrekku yang indah. Dia awalnya binatang menjijikkan
yang memakan bunga, daun dan ibahkan batang anggrekku. Ya, dia yang sering aku
semprot dengan pestisida agar segera pergi menyingkir dan enyah untuk
selamanya.
Perlahan aku berfikir, apakah metamorphosis kupu-kupu
adalah sebuah penebusan dosa masa lalu? Dosa yang dibuat olehnya sendiri atas
kerakusannya memakan semua daun dan bunga tumbuhan. Dan bahkan karena
kerakusannya tubuhnya mulai mengkaku, mengeras dan hingga memaksanya bertapa
sekian waktu dalam terik dan hujan. Pada waktu yang tepat akhirnya ia terlahir
menjadi pribadi yang cantik dan siap untuk membuahi tanaman sembari menghisap nectar
bunga tanpa harus merusaknya.
Sebuah pengalaman hidup yang aku dapatkan
dari binatang kecil bernama kupu-kupu. Ia bermetamorfosis hanya untuk
menuntaskan penebusan dosanya dimasa lalu atas kerakusan dan ketamakannya. Memakan
semua bagian tanaman hingga tak berdaya bertumbuh, dan ketika telah selesai
merenungkan diri dalam “kekakuan” ia terlahir untuk menebus dosanya. Mencari makan
bukan dengan merusak, tetapi membantu perkembangbiakan tanaman hingga bertambah
populasi sebagai bentuk timbale balik positif atas apa yang dilakukannya dulu. Sebuah
siklus kehidupan, untuk penebusan dosa.
Tanpa
terprediksi sebelumnya, pandemi Covid 19 telah membawa suatu perubahan terhadap
tatanan kehidupan manusia. Pandemi tersebut bedampak juga pada dunia pendidikan di
Indonesia, dimana pemerintah akhirnya mengeluarkan instruksi untuk mrlakukan belajar dari rumah (BDR) sejak bulan maret tahun 2020. Hal ini menjadi sebuah tantangan dan cobaan begitu berat
bagi saya, karena baru pertama kali harus mengajar tanpa bertatap muka langsung
dengan peserta didik.
Terkait dengan hal tersebut, di sekolah saya mengajar yakni di SMA
Negeri 1 Banjarangkan berupaya untuk
melaksanakan program dari kemdikbud yaitu kegiatan Belajar Dari Rumah (BDR)yang ditujukan
kepada seluruh peserta
didik. Belajar Dari Rumah adalah pembelajaran yang cukup baru, karena pembelajaran
ini menggunakan prinsip daring dan adanya interaksi antara guru dan peserta
didiksecara
online.Beberapa
permasalahan yang muncul dan
harus saya hadapi dari BDR diantaranya mencakup masalah penggunaan metode
yang digunakan dalam proses pembelajaran, bentuk kelas maya yang digunakan dan
bagaimana melaksanakan penilaiannya.
Berkaitan
dengan hal tersebut, selama tahun 2020 saya melakukan kegiatan pembelajaran
yang sebatas hanya memberikan materi dan tugas kepada peserta didik. Di awal
kegiatan BDR, antusiasme peserta didik dalam menyelesaikan tugas tersebut masih
baik. Respon peserta didik terhadap tugas yang saya berikan masih bagus dan
pengumpulan tugas peserta didik juga masih tepat waktu. Namun, setelah
berjalannya waktu, tepatnya di awal tahun ajaran 2020/2021 saya melihat respon
peserta didik makin menurun dan pengumpulan tugas dari peserta didik juga mulai
banyak yang terlambat. Disinipun saya mulai berfikir bahwa ada yang salah dari
pembelajaran daring yang saya lakukan.
Disisi
lain ada hal yang lebih besar yang terus membebani saya. Saya merasa bukan lagi
seorang pendidik yang melakukan perannya yang “menghamba” pada peserta didik,
tetapi hanya sebagai pemberi beban bagi mereka dengan memberikan tugas saja.
Selain itu, hal yang lebih besar dari itu saya merasa tidak memberikan mereka
ruang untuk mengembangkan kompetensi mereka seperti yang menjadi amanat
kurikulum, yakni kompetensi abad 21 yang mencakup berfikir kritis, kreatif,
kolaboratif serta komunikatif.
Salah satu video siswa sebagai hasil karya dalam pembelajaran (Sumber:doc. pribadi penulis)
Beruntung
di tahun 2020 pemerintah meluncurkan program Guru Belajar Seri Pandemi. Disana
saya mendapatkan berbagai pengetahuan tentang merancang pembelajaran jarak jauh
yang dapat saya terapkan dalam BDR tersebut. Dari apa yang saya dapatkan dalam
kegiatan pelatihan tersebut saya berkeinginan merancang pembelajaran jarak jauh
yang setidaknya dapat diakses seluruh peserta didik dan tentunya dapat
meredakan beban fikiran saya khususnya dalam menumbuhkan keterampilan abad 21
yang harus tetap ditumbuhkan dan menjadi fokus pula dalam penilaian saya
terhadap aspek keterampilan.
Dalam
memulai upaya tersebut, langkah awal yang saya lakukan adalah dengan
menyebarkan angket terkait kesiapan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran
jarak jauh melalui form online. Disini saya ingin mengetahui media pembelajaran
yang diminati peserta didik sehingga mereka dapat belajar lebih mudah dan
menyenangkan. Selain itu, saya juga ingin mengetahui gaya belajar dari peserta
didik sehingga saya tau apa yang harus saya siapkan dalam pembelajaran. Selain
itu, saya juga ingin mengetahui apakah seluruh peserta didik memiliki gawai
serta jaringan internet yang memadai untuk mengikuti kegiatan BDR tersebut.
Dari
hasil penyebaran angket tersebut, banyak hal yang mendukung serta menjadi
tantangan bagi saya untuk dapat memberikan pembelajaran yang dapat
membelajarkan seluruh peserta didik agar dapat menumbuhkan keterampilan abad 21
dalam diri mereka. Hal yang menjadi hambatan diantaranya adalah gaya belajar
peserta didik yang berbeda-beda, kemampuan literasi teknologi yang masih kurang
dari beberapa peserta didik serta ada beberapa peserta didik yang harus berbagi
gawai dengan saudaranya dan bahkan ada yang harus menunggu orang tuanya pulang
bekerja untuk dapat menggunakan gawai dalam belajar. Selain itu, 97% dari total
122 peserta didik (yang tersebar di 3 kelas yang saya ajar) tidak dapat
melakukan pembelajaran jarak jauh secara sinkronus karena terkendala jaringan
internet yang tidak baik di wilayah mereka.
Bercermin
dari gambaran awal tersebut, saya merancang pembelajaran jarak jauh asinkronus
yang lebih fleksibel waktu serta memerlukan bandwidth yang kecil sehingga tidak
terlalu membebani peserta didik. Dan bak gayung bersambut, pemerintahpun
akhirnya meluncurkan program Google suite
for Education yang benar-benar bermanfaat bagi saya dan peserta didik.
Untuk dapat membuat pembelajaran jarak jauh yang memanfaatkan fasilitas
tersebut serta dapat menumbuhkan keterampilan abad 21 selama BDR disini saya
merancang strategi pembelajaran yang saya beri nama Go-STEM.
Go-STEM berasal dari Go yang artinya kegiatan
BDR peserta didik menggunakan aplikasi
dari Google Suite for Education yaitu Google Classroom sebagai Learning Managemen System dan Google Form untuk mengevalusi pengetahuan
peserta didik berupa soal online dimana kegiatan pembelajaran yang dirancang
menggunakan pendekatan STEM (Sience,
technology, engineering and mathematics). Dalam hal ini saya menggunakan
pendekatan STEM untuk dapat menumbuhkan keterampilan abad 21 peserta didik
dengan menggunakan media LKPD yang saya tautkan pada Google Classroom.
Dalam
pelaksanaan pembelajaran ini saya melakukan tahap persiapan, pelaksanaan serta
evaluasi pembelajaran. Tahapan operasional pelaksanaan pembelajaran yang saya
lakukan dengan Dalam RPP tersebut, tahapan-tahapan pembelajaran saya rancang
dengan mencerminkan pendekatan STEM. Di SMAN 1 Banjarangkan, pembelajaran kimia
di kelas XI mendapatkan jadwal pembelajaran 1 kali dalam seminggu, selama 60
menit. Waktu pembelajaran yang saya rancang bersifat fleksibel dimana waktu
pembelajaran tidak terbatas selama 60 menit saja, melainkan kegiatan pembelajaran
bisa dilakukan lebih fleksibel dengan produk akhir yang dapat dikerjakan kurang
lebih selama 6 hari.
Langkah
selanjutnya yang saya lakukan adalah mensosialisasikan
kepada peserta didik tentang tahapan pembelajaran daring dan aplikasi yang
digunakan. Saya menggunakan fasilitas Google Classroom sebagai LMS, dimana
dalam LMS tersebut saya memberikan konten materi baik berupa bahan ajar, info
grafis maupun video sehingga peserta didik dapat memilih bahan ajar yang mudah
mereka terima sesuai dengan gaya belajar mereka. Selain itu, didalam LMS juga
terdapat kegiatan pembelajaran yang harus diikuti perserta didik serta portal
untuk pengumpulan tugas sebagi bentuk bukti fisik pembelajran yang telah
dilakukan.
Dalam tahap pelaksanaan, hal yang saya lakukan pertama yaitu
pemberitahuan kepadapeserta didik tentang kegiatan pembelajaran melalui media
group kelas WhatsApp. Selanjutnya saya mengirimkan bahan ajar tentang larutan
asam basa dan indikator asam basa pada Google Classroom diikuti dengan
pemberian Lembar Kerja Peserta Didik yang dikirim melalui Google Classroom
dalam bentuk docx, peserta didik dapat
mengerjakan langsung jawaban pada file tersebut dan dikumpulkan. Dalam LKPD
tersebut peserta didik saya minta merancang pembuatan kertas indikator asam
basa dengan bahan alam. Dalam LKPD juga diberikan arahan terkait tugas
pembuatan pelaporan melalui pembuatan video. Saya juga melakukan pemberian form
absensi dan pengisian absensi oleh peserta didik melalui google form dan tidak
lupa pemberian Evaluasi dengan tes tulis objektif menggunakan Google form.
Dengan
menggunakan Go-STEM saya
merasa berhasil menumbuhkan
keterampilan abad 21 (4C). Hal ini dapat
saya amati melalui partisipasi peserta didik yang terlihat dari LKPD peserta didik serta video
laporan yang telah mereka kumpulkan. Aktivitas peserta didik tersebut telah mencerminkan
karakter pembelajar yang berfikir kritis untuk memahami konten materi serta
menimbulkan rasa keingin tahuan. Dari rasa keingin tahuan tersebut selanjutnya
peserta didik telah dapat menunjukkan kreativitas mereka dengan merancang
pembuatan kertas indikator asam basa dengan bahan alam yang dituntun LKPD yang
diberikan dan selanjutnya di videokan sebagai laporan. Selama mengerjakan
kegiatan pembelajaran, peserta didik telah melakukan aktivitas diskusi dengan
sesama peserta didik maupun saya sebagai guru melalui group Whatsapp maupun
dalam kolom komentar Google Classroom. Selanjutnya kemampuan berkomunikasi
peserta didik telah terlihat dari cara peserta didik menjelaskan laporan yang
mereka buat dalam video.
Dengan
merancang pembelajaran ini, beban saya dan kegundahan saya terhadap tanggung
jawab yang saya emban sebagai seorang pendidik dapat terjawab. Dengan
menerapkan Go-STEM selama BDR, saya dapat memberikan ruang bagi siswa untuk
menumbuhkan keterampilan abad 21 mereka serta menghasilkan karya berupa video
praktikum mandiri sebagai wujud dari hasil pembelajaran yang telah kami
bersama-sama lakukan. Siswa memberikan tanggapan positif atas apa yang saya
lakukan. Mereka menyampaikan bahwa pembelajaran yang saya rancang membuat
mereka tertantang untuk belajar serta temotivasi untuk dapat membuat karya
video yang menarik, kreatif serta komunikatif.
Halo Guru hebat diseluruh nusantara, kali ini admin akan menyampaikan informasi mengenai Asesmen Nasional (AN) yang sebentar lagi akan diselenggarakan. Seperti kita ketahui, di tahun ini Kemdikbud Ristek akan menyelenggarakan AN secara serentak. Tentunya setiap sekolah diseluruh nusantara telah bersiap untuk menyambut even nasional ini sebagai sebuah terobosan untuk mengukur kompetensi siswa melalui Asesmen Kompetensi Minimal dan Survei Karakter, serta Survei Lingkungan Belajar bagi Guru.
Nah untuk itu, kita sebagai pendidik sudah selayaknya memahami apa dan bagaimana langkah dalam proses untuk mengikuti Survei Lingkungan Belajar tersebut. Dalam hal ini, yang akan menjadi target pengukuran dalam survei tersebut diantaranya adalah iklim keamanan sekolah, iklim kebhinekaan sekolah, indeks sosial ekonomi, kualitas pembelajaran, serta pengembangan guru.
Untuk mengikuti survei tersebut, Bapak Ibu akan diarahkan untuk mesuk ke laman Kemdikbudristek dan Bapak Ibu wajib login menggunakan NPSN, Token yang nantinya akan diberikan oleh Proktor di sekolah serta NIK. Maka dari itu, silahkan Bapak Ibu mempersiapkan hal tersebut.
Untuk lebih jelasnya, Bapak Ibu dapat pelajari mengenai apa dan bagaimana pelaksanaan Survei Lingkungan Belajar melalui tayangan presentasi yang disampaikan oleh Bapak Iwan Cahyadi. Untuk mendownload presentasi tersebut silahkan klik DISINI