DISQUS SHORTNAME

Pembelajaran Kimia kelas XI

Senyawa organik mengandung atom karbon dalam molekulnya. Atom karbon memiliki beberapa sifat khas sehingga memiliki kelimpahan yang besar di alam. Yuk kepoin aeperti apa penjelasannya.

Kegiatan Pembelajaran 2

Senyawa Hidrokarbon dapat dibedakan menjadi alkana, alkena dan alkuna. Ingin tahu seperti apa bedanya dan bagaimana cara pemberian namanya? Yuk di cek!.

Modul 1.1 PGP Angkatan 3

Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara.

Showing posts with label GURU PENGGERAK. Show all posts
Showing posts with label GURU PENGGERAK. Show all posts

Monday, September 5, 2022

ASESMEN DIAGNOSTIK ITU PENTING GAK SIH?


Dengan mulai diterapkannya Kurikulum Merdeka di beberapa sekolah, kini guru sudah tidak asing lagi dengan istilah Asesmen Diagnostik. Lalu apa tujuan dari asesmen tersebut? Tujuan dari Asesmen Diagnostik adalah untuk mendiagnostik kebutuhan belajar murid. Mengapa perlu mendiagnostik kebutuhan murid? Sebab kebutuhan murid dalam satu kelas tentunya akan berbeda-beda. Disisi lain, seorang guru membutuhkan berbagai informasi tentang segala kebutuhan murid agar dapat merencanakan kondisi pembelajaran yang optimal. 

Kebutuan apa kira-kira yang dimaksud? menurut Mazlow hirarki kebutuhan manusia dapat digambarkan seperti gambar dibawah.

Sumber Gambar: Instagram @missmetalguru

Untuk dapat mendiagnosis kebutuhan belajar murid tersebut guru dapat menggunakan berbagai cara bahkan lebih dari satu cara. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk melakukan diagnostik tersebut diantaranya adalah:
  1. Dengan membaca laporan belajar murid pada tahun pelajaran sebelumnya.
  2. Lakukan percakapan dengan wali kelas maupun guru mapel yang sama pada tahun sebelumnya. Dengan cara ini kita dapat menggali lebih banyak informasi tentang murid.
  3. Melakukan percakapan dengan murid secara langsung tentang minatnya, hoby, kegemaran, hal yang tidak disukainya sera masalah-masalah yang dimilikinya. Dalam hal ini, guru dapat menerapkan teknik coaching untuk dapat menggali informasi sebanyak-banyak dari murid secara langsung.
  4. Melakukan pengmatan interaksi murid dengan rekannya, apa yang dibicarakan, amati apa yang dilakukannya, serta dengan siapa saja ia berkelompok.
  5. Membuat catatan prilaku lewat jurnal prilaku saat murid bekerja dalam kelompok ataupun selama kegiatan pembelajaran.
  6. Tanyakan kepada murid apa yang sudah diketahuinya tentang topik/materi yang akan diajarkan.
  7. Gunakan berbagai diagram organisasi berpikir sebagai alat memulai percakapan dengan murid.
Nah demikian ulasan mengenai pentingnya Asesmen Diagnostik dalam memenuhi kebutuhan belajar murid, serta apa yang dilakukan untuk dapat melakukan diagnostik tersebut. Semoga bermanfaat.



Saturday, March 26, 2022

CONTOH JURNAL REFLEKSI TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM YANG MEMILIKI DAMPAK TERHADAP MURID

Salam dan Bahagia,


Minggu ini begitu berat terasa jemari ini untuk mengetikkan kata-kata pada kanvas Canva yang selama ini aku gunakan tuk menulis jurnal. Minggu yang begitu sentimentil, penuh emosi dan serasa berada pada penghujung, padahal ini adalah awal. Ya, sebentar lagi kami CGP angkatan 3 akan berakhir dalam pergulatan bersama LMS yang selama ini menjadi rutinitas kami. Rutinitas yang begitu kami nantikan disetiap harinya. 

Pada kesempatan ini saya akan membagikan jurnal terakhir di perjalanan LMS PGP angkatan 3 ini. Sedikit berbeda dengan jurnal-jurnal sebelumnya, pada jurnal ini seakan saya ingin menumpahkan jutaan perasaan akan harunya hati harus berlalu dari LMS yang telah menemani sekian hari. Semoga bermanfaat.



Saturday, March 19, 2022

Saturday, March 12, 2022

CONTOH JURNAL REFLEKSI PEMIMPIN DALAM MENGELOLA SUMBER DAYA

 Saat ini saya sampai pada penghujung modul 3.2. modul ini cukup menantang bagi saya karena saya mulai mengenal hal baru terkait prakarsa perubahan serta modal dalam komunitas/sekolah yang dapat diberdayakan dalam menunjang berjalannya ekosistem sekolah. Nah berikut adalah sekelumit cerita yang saya alami pada minggu ini.



Saturday, February 19, 2022

CONTOH JURNAL REFLEKSI PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

 Halo sahabat CGP, kali ini saya akan membagikan hasil jurnal refleksi mingguan saya. Kini saya telah menginjak pada minggu ke-19 dari perjalanan panjang PGP. nah, pada minggu ini saya melewati beberapa kegiatan seperti Demonstrasi Kontekstual, Koneksi Antar Materi serta Elaborasi Pemahaman. Banyak hal menarik yang saya dapatkan pada minggu ini. Lalu apa saja yang saya tampilkan pada jurnal refleksi mingguan kali ini? mari kita simak bersama-sama.



Saturday, February 12, 2022

CONTOH JURNAL REFLEKSI PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

Halo sahabat GP di seluruh nusantara, tak terasa kini saya telah melawati separuh dari kegiatan pada modul 3.1, tepatnya pada minggu ke-18. Kali ini saya akan membagikan mengenai Jurnal Refleksi Mingguan yang telah saya buat dengan menggunakan Canva. Mudah-mudahan dapat bermanfaat.



Thursday, February 10, 2022

CATATAN SIPENGGERAK: REFLEKSI TERBIMBING MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

 Dari delapan pertanyaan yang ada, pilihlah minimal empat pertanyaan sebagai bahan refleksi Anda.

  1. Bagaimana/sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
  2. Tuliskan pengalaman Anda dalam menggunakan ketiga materi tersebut dalam proses Anda mengambil keputusan dalam situasi dilema etika yang Anda hadapi selama ini.  Anda dapat juga menulis tentang sebuah situasi dilema etika yang dihadapi oleh orang lain serta keputusan yang diambil. Berilah ulasan berdasarkan 3 materi yang telah Anda pelajari di modul ini.
  3. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dalam situasi moral dilema? Kalau pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
  4. Bagaimana dampak mempelajari materi ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
  5. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran?
  6. Apa yang Anda bisa lakukan untuk membuat dampak/perbedaan di lingkungan Anda setelah Anda mempelajari modul ini?
  7. Selain konsep-konsep tersebut, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran?
  8. Adakah nilai-nilai kebajikan yang ditanamkan oleh orangtua anda atau bahkan kakek nenek buyut Anda yang menjadi karakter khas suku atau masyarakat dimana Anda tinggal? Bagaimana Anda sebagai seorang guru akan menggunakannya untuk membantu Anda dalam pengambilan keputusan?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

REFLEKSI TERBIMBING MODUL 3.1

PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

 

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, kita tentunya tak akan pernah lepas dari pengambilan-pengambilan keputusan yang berkenaan dengan tugas dan fungsi kita sebagai pendidik. Terkadang dalam pengambilan keputusan kita akan dihadapkan kedalam dilema etika yang memaksa kita untuk mengkaji lebih jauh keputusan yang kita ambil dengan menggunakan paradigma apa yang kita akan gunakan dalam menentukan pilihan, bagaimana cara kita berfikir dalam pengambilan keputusan tersebut serta kita juga perlu melakukan pengujian atas keputusan yang akan kita ambil. Secara umum, saya memahami bahwa dalam paradigma dilema etika (benar lawan benar) ada dikenal 4 pertentangan nilai kebenaran yakni individu lawan masyarakat (kepentingan pribadi lawan kepentingan orang banyak), rasa keadilan lawan rasa kasihan (dalam paradigma ini ada pilihan antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya berlandaskan rasa kasihan dan kasih sayang), kebenaran lawan kesetiaan (Kadang kita perlu untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia/bertanggung jawab kepada orang lain), serta Jangka pendek lawan jangka panjang (kadang perlu untuk memilih antara yang kelihatannya terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang). Dalam menentukan pola pikir untuk penentuan keputusan terdapat 3 acuan sebagai sebuah prinsip pengambilan keputusan yakni berfikir berdasarkan hasil akhir (mengutamakan kepentingan dan pemenuhan kebutuhan orang banyak), berfikir berdasarkan peraturan (mengacu pada aturan, norma etika serta hukum yang berlaku universal) serta berfikir berdasarkan rasa peduli (mengedepankan rasa empati, kasih sayang dan mengedepankan nilai moral). Untuk mematangkan keputusan yang akan diambil dapat dilakukan pengujian terhadap keputusan dengan menerapkan 9 langkah pengujian. Dari pengujian ini mungkin saja akan muncul opsi lain yang lebih bijaksana dan bertanggung jawab sehingga keputusan yang akan diambil dapat berdampak pada murid dan dapat dipertanggung jawabkan.

Dalam ruang kolaborasi yang telah dilewati, hal-hal diatas telah dilakukan untuk menganalisis kasus yang memang kami alami. Dengan menerapkan langkah-langkah tersebut ternyata mampu memunculkan pilihan keputusan yang tak terduga sebelumnya. Keputusan tersebut muncul dalam opsi trilema setelah menentukan fakta-fakta yang muncul dalam dilema tersebut. Dari gambaran tersebut memanglah sangat penting untuk mempelajari modul ini sehingga dihasilkan suatu keputusan yang bijaksana dan bertanggung jawab.

Sebelum mempelajari modul ini, tentunya saya belum paham bagaimana menghadapi dilema etika maupun bujukan moral yang tepat sehingga diambil keputusan yang tepat. Pada kondisi tersebut, saya lebih cenderung mengandalkan intuisi untuk menentukan keputusan. Terkadang keputusan yang diambil juga lebih terkesan tergesa-gesa dan bahkan terlalu berfikir berdasarkan aturan-aturan dan kurang mengedepankan nilai-nilai kebajikan yang juga penting untuk diperhatikan dalam pengambilan keputusan.

Dari gambaran tersebut, saya berpandangan bahwa materi dalam modul ini sangat penting untuk dipahami agar kita sebagai pemimpin pembelajaran dapat mengambil keputusan yang bijaksana dengan memperhatikan nilai-nilai etika universal di lingkungan kita serta situasi kondisi saat keputusan tersebut akan diambil. Dengan demikian keputusan yang berdampak pada murid dan bertanggung jawab dapat kita tentukan dan laksanakan.

Dalam pengambilan keputusan selain dari konsep-konsep tersebut tentunya adalah kematangan emosi dan kepekaan sosial juga sangat dipentingkan. Dengan pengalaman-pengalaman dalam penentuan keputusan saya rasa akan mematangkan kita terkait dengan hal tersebut. Terkadang kita dalam mengambil keputusan mungkin akan bertindak terlalu emosional karena situasi sehingga keputusan yang diambil terkesan tergesa-gesa. Begitu pula kemampuan untuk membaca situasi dan kondisi sosial dilingkungan sekitar juga sangat penting sehingga kita dapat mengenali nilai-nilai etika di lingkungan kerja kita serta kondisi-kondisi yang harus kita perhatikan dalam mengambil sebuah keputusan. Selain itu tindakan reflektif juga sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan.

Ada satu nilai kebajikan yang dapat dikatakan sebagai sebuah kearifan lokal yang menurut saya bisa dijadikan pola pikir dalam pengambilan sebuah keputusan yakni “Tat Twam Asi” yang memiliki makna aku adalah kamu dan kamu adalah aku. Menurut saya pola fikir ini mengajak kita memandang segala sesuatu tidak berdasarkan rasa ego tetapi mengedepankan rasa peduli, saling mengerti dan menghargai sehingga keputusan yang kita akan ambil dapat berdampak baik kepada semua orang yang berimplikasi terhadap dilema yang kita hadapi. Nilai ini akan mendukung dan menguatkan prinsip pengambilan keputusan yang akan membawa kebada nilai kebajikan berlandaskan rasa kepedulian dan kasih sayang.

Saturday, February 5, 2022

Contoh Jurnal Refleksi Pengambilan Keputusan yang Bertanggungjawab

Halo sahabat PGP, kini kita telah berada pada modul 3.1 dan telah menginjak minggu ke-17 dari rangkaian PGP. Nah kali ini saya ingin berbagi tentang Jurnal Refleksi Mingguan yang saya buat. Yuk, kita simak bersama.



Sunday, December 5, 2021

CONTOH JURNAL REFLEKSI (TEKNIK COACHING)

Kini saya sudah sampai pada modul terakhir pada paket modul 2. Teknik Coaching menjadi pamungkas pada paket modul ini. Dalam teknik Coaching ini saya belajar banyak tentang komunikasi yang dapat menguatkan kekuatan kodrat siswa serta mengajak siswa untuk dapat mengatasi masalahnya dengan kekuatan kodrat mereka sendiri. Seorang Coach hanyalah "penuntun" bukan pemberi dan pendamping.

Nah pada kesempatan ini saya akan membagikan Jurnal Refleksi Mingguan saya, dimana dalam jurnal ini saya juga ingin menyampaikan doa yang mendalam bagi sahabat, saudara kita yang terdampak erupsi gunung Semeru, khususnya Bapak Fasilitator kami yang ada di Lumajang, semoga semuanya diberi keselamatan, kesehatan serta ketabahan dalam menghadapi bencana ini.



Monday, September 27, 2021

CATATAN SIPENGGERAK: AKSI NYATA FILOSIFI PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA MERANCANG PEMBELAJARAN YANG BERPIHAK KEPADA SISWA: “PROYEK PENYELAMAT BUMI”

AKSI NYATA 

FILOSIFI PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA

MERANCANG PEMBELAJARAN YANG BERPIHAK KEPADA SISWA:

“PROYEK PENYELAMAT BUMI”

 

A.    PENDAHULUAN

Pendidikan dan pengajaran merupakan hal yang berbeda. Pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggitingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dalam hal ini, pendidikan diselenggarakan untuk usaha persiapan dan penyediaan untuk kepentingan manusia dalam segala hal/bidang baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun berbudaya. Hal tersebut jelas tergambar dari filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara.

Setelah mempelajari maksud dan nilai-nilai dari filosofi pendidikan KHD, dapat ditangkap beberapa hal penting terkait pembelajaran yang menuntun kekuatan kodrat siswa. Hal pertama yakni perlunya sistem among dalam pendidikan. Sistem among tersebut berkaitan dengan tindakan menuntun siswa, hingga siswa mampu menumbuhkan dan mengembangkan kekuatan kodratnya agar dapat terwujud siswa yang merdeka, dimana mereka hidup karena kekuatannya sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. Yang kedua yakni pentingnya “menghamba kepada sang anak”. Dalam hal ini guru perlu merancang pembelajaran yang berpihak kepada siswa, dimana pembelajaran dirancang berdasarkan kebutuhan, cara belajar dan kesiapan dari siswa itu sendiri, bukan pembelajaran yang dirancang sesuai dengan kemauan dari guru.

Berkenaan dengan hal tersebut, penulis melakukan aksinyata untuk dapat merancang pembelajaran yang berpihak kepada siswa. Pembelajaran yang penulis rancang dimulai dengan memberikan angket kesiapan belajar yang selanjutnya dijadikan landasan dalam merancang pembelajaran.

 

B.    TAHAP PELAKSANAAN AKSI NYATA

Dalam pelaksanaan aksi nyata ini, dimulai dengan tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap refleksi yang selanjutnya menghasilkan rekomendasi tentang pembelajaran yang akan dirancang.

1.    Tahap Persiapan

Pada tahapan ini, penulis mempersiapkan angket yang akan diberikan kepada siswa. Karena pembelajaran masih berlangsung secara jarak jauh, maka penulis memilih angket secara online dengan memanfaatkan google form. Dalam angket tersebut, penulis memberikan beberapa pertanyaan dengan tujuan untuk menggali kebutuhan belajar, cara belajar dan kesiapan belajar siswa.

Kebutuhan belajar yang dimaksud yakni apa yang siswa butuhkan ketika belajar, metoda apa yang siswa inginkan selama PJJ dan media apa yang siswa sukai dalam belajar. Dari informasi tersebut, penulis menentukan metode dan media yang akan penulis gunakan dalam PJJ.

Cara belajar ditentukan dengan beberapa pertanyaan/pernyataan pemantik tentang cara belajar siswa. Beberapa pertanyaan/pernyataan mengarahkan siswa untuk menentukan kecenderungan cara belajarnya, apakah visual, auditori, audiovisual dan kinestatik.

Kesiapan belajar yang dimaksud yakni berkaitan dengan perangkat/gadget yang digunakan siswa, ketersediaan waktu belajar dan kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran secara sinkronus maupun asinkronus.

 

2.    Tahap Pelaksanaan

Dalam tahapan ini, siswa yang terlibat yakni siswa kelas XI MIPA SMAN 1 Banjarangkan tahun pelajaran 2021/2022. Jumlah siswa yang terlibat yakni berjumlah 114 orang, yang merupakan anggota kelas XI MIPA 1, MIPA 2 dan MIPA 3.

Untuk menyebarkan angket tersebut kepada siswa, penulis membagikan link google form melalui group Whatsapp kelas. Selanjutnya, siswa mengakses link tersebut dan memberikan respon terhadap angket yang diberikan. Untuk mengetahui hasil dari respon siswa, guru mengakses hasil respon dengan menggunakan grafik serta tabel spreadsheet pada bagian respon yang disediakan google form.

Selanjutnya, hasil dari respon tersebutlah yang akan dijadikan bahan refleksi dan menentukan seperti apa pembelajaran yang akan dirancang. Dengan demikian, pembelajaran yang dirancang dapat “berpihak” pada murid.

 

3.    Tahap refleksi

Pada tahapan ini, dilakukan refleksi terhadap respon siswa. Dari hasil penyebaran angket tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:

a.    Sebagian besar siswa menyatakan sangat didukung orang tua mereka untuk mengikuti PJJ (52,2%), seperti pada gambar berikut:

                                      

 

b.    Sebagian besar siswa menyatakan siap dan bahkan sangat diap untuk belajar secara sinkronus.

                                              


c.     Sebagian besar siswa senang belajar dengan menonton video serta ada cukup banyak siswa yang senang belajar dengan membaca. Hal ini menunjukkan sebagian besar siswa memiliki cara belajar audiovisual, dan visual.

                                       

d.    Hampir seluruh siswa belajar dengan menggunakan smartphone dan hanya sebagian kecil siswa yang menggunakan laptop dalam belajar. Namun, masih ada siswa yang menggunakan gadget bersama dengan saudara ataupun orang tuanya.

                                               


e.    Di bagian akhir, siswa diberikan kesempatan untuk menceritakan pengalaman belajar PJJ selama ini dan ada beberapa siswa yang menyatakan belajar sambil membantu orang tua mencari nafkah karena efek pandemi terhadap dunia kerja.

    Dari apa yang diperoleh dalam angket tersebut, penulis menemukan beberapa hal yang dapat direkomendasikan sebagai acuan dalam merancang pembelajaran PJJ. Adapun hal-hal yang direkomendasikan antara lain:

a.    Pembelajaran dirancang secara sinkronus dan asinkronus dengan menggunakan LMS sederhana yakni Google Classroom.

b.    Alokasi waktu dibuat lebih fleksibel agar siswa yang menggunakan gadget dengan saudara atau orang tuanya dapat mengakses pembelajaran kapan saja. Begitu pula siswa yang harus membantu orang tuanya, mereka dapat mengikuti pembelajaran setelahnya. Pembelajaran yang akan dirancang yakni pembelajaran berbasis proyek.

c.     Media pembelajaran yang digunakan dalam bentuk video serta artikel dengan dilengkapi info grafis. Penulis akan menyiapkan bahan ajar dengan menggunakan Blog yang penulis miliki, dimana konten materinya terdiri dari materi berupa wacana, video pembelajaran serta penguatan berupa gambar.

Berdasarkan rekomendasi tersebut, penulis merancang pembelajaran berbasis proyek dengan menggunakan media blog yang memuat konten pembelajaran dengan penguatan video serta gambar. Tema dalam pembelajaran tersebut penulis istilahkan dengan “Proyek Penyelamat Bumi”.

Dalam pembelajaran Proyek Penyelamat Bumi, siswa akan diberikan materi yang dikemas sesuai dengan cara belajar siswa yang heterogen, baik secara visual maupun audiovisual. Untuk proyek yang harus dikerjakan siswa yakni siswa dituntun agar mampu merancang suatu hasil karya yang mana hasil karya tersebut menyajikan tentang informasi, himbauan maupun ajakan untuk menyelamatkan Bumi dari dampak negatif penggunaan Bahan Bakar Fosil dalam kehidupan. Pembelajaran ini penulis rancang dalam pokok bahasan Minyak Bumi dan pada pertemuan ke-2 yang membahas mengenai dampak negatif pembakaran senyawa hidrokarbon.

Dalam pembelajaran berbasis proyek ini, siswa diberikan kebebasan untuk menentukan bentuk karya mereka sesuai dengan minat, bakat serta kemampuan masing-masing peserta didik. Hal ini dilakukan untuk mengakomodir hasil angket yang disebarkan dimana ada siswa yang senang membuat video, artikel maupun gambar. Dengan diberikan keleluasaan, maka siswa dapat mengasah potensi dalam dirinya serta menumbuhkan kekuatan kodrat yang mereka miliki dalam bentuk karya.

 

C.    REFLEKSI TERHADAP AKSINYATA

Setelah menerapkan apa yang telah direncanakan sebelumnya, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dalam kesempatan berikutnya. Adapun hal-hal tersebut diantaranya:

  •     Didalam angket perlu ditambahkan pertanyaan yang menggali tentang ketersediaan jaringan ataupun ketersediaan kuota siswa selama PJJ. Bercermin dari pengalaman pada PJJ disemester sebelumnya, masih ada beberapa siswa yang mengeluhkan tentang kendala kuota dalam melakukan pembelajaran tatap maya (sinkronus).
  •      Dalam penerapannya nanti, perlu dibuat kesepakatan kelas terkait dengan hal-hal yang menjadi acuan penilaian yang selanjutnya dituangkan dalam rubrik penilaian.
  •     Pembelajarn ini hendaknya melibatkan pihak lain seperti rekan sejawat ataupun manajemen sekolah sehingga rancangan perencanaan dapat lebih optimal.






 










Saturday, September 11, 2021

CATATAN SIPENGGERAK: Contoh Jurnal Refleksi Mingguan

Akhirnya kita telah sampai pada penghujung di minggu ke-4 PGP angkatan 3, untuk paket modul 1. Seperti biasa, dipenghujung minggu kita akan dihadapkan pada Jurnal Refleksi Mingguan. Nah kali ini, admin ingin membagikan jurnal refleksi mingguan yang admin buat dengan menggunakan model Six Thinking Hats. 

Model Six Thinking Hats diperkenalkan oleh Edward de Bono pada tahun 1985. Model ini melatih kita melihat satu topik dari berbagai sudut pandang, yang disimbolkan dengan enam warna topi. Setiap topi mewakili cara berpikir yang berbeda; beberapa di antaranya terkadang mendominasi cara kita berpikir. Karena itu, dengan semakin sering melatih keenam “topi”, kita akan dapat mengambil refleksi yang lebih mendalam. Keenam topi tersebut berikut penggunaannya dalam jurnal refleksi adalah: 

  1. Topi putih: tuliskan informasi sebanyak-banyaknya terkait pengalaman yang terjadi. Informasi ini harus berupa fakta; bukan opini. 
  2. Topi merah: gambarkan perasaan Anda terkait dengan topik yang sedang dibahas, misalnya perasaan saat mempelajari materi baru atau saat menjalankan diskusi kelompok. 
  3. Topi kuning: tuliskan hal-hal positif yang terkait dengan topik tersebut. 
  4. Topi hitam: tuliskan kendala, hambatan, atau risiko dari tindakan/peristiwa yang sedang dibahas. 
  5. Topi hijau: jabarkan ide-ide yang muncul setelah mengalami peristiwa tersebut. 
  6. Topi biru: tarik kesimpulan dari peristiwa yang terjadi, atau ambil keputusan setelah mempertimbangkan kelima sudut pandang lainnya. Bandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. 

Berikut hasil jurnal yang admin buat, semoga menginspirasi.