DISQUS SHORTNAME

Pembelajaran Kimia kelas XI

Senyawa organik mengandung atom karbon dalam molekulnya. Atom karbon memiliki beberapa sifat khas sehingga memiliki kelimpahan yang besar di alam. Yuk kepoin aeperti apa penjelasannya.

Kegiatan Pembelajaran 2

Senyawa Hidrokarbon dapat dibedakan menjadi alkana, alkena dan alkuna. Ingin tahu seperti apa bedanya dan bagaimana cara pemberian namanya? Yuk di cek!.

Modul 1.1 PGP Angkatan 3

Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara.

Monday, September 5, 2022

ASESMEN DIAGNOSTIK ITU PENTING GAK SIH?


Dengan mulai diterapkannya Kurikulum Merdeka di beberapa sekolah, kini guru sudah tidak asing lagi dengan istilah Asesmen Diagnostik. Lalu apa tujuan dari asesmen tersebut? Tujuan dari Asesmen Diagnostik adalah untuk mendiagnostik kebutuhan belajar murid. Mengapa perlu mendiagnostik kebutuhan murid? Sebab kebutuhan murid dalam satu kelas tentunya akan berbeda-beda. Disisi lain, seorang guru membutuhkan berbagai informasi tentang segala kebutuhan murid agar dapat merencanakan kondisi pembelajaran yang optimal. 

Kebutuan apa kira-kira yang dimaksud? menurut Mazlow hirarki kebutuhan manusia dapat digambarkan seperti gambar dibawah.

Sumber Gambar: Instagram @missmetalguru

Untuk dapat mendiagnosis kebutuhan belajar murid tersebut guru dapat menggunakan berbagai cara bahkan lebih dari satu cara. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk melakukan diagnostik tersebut diantaranya adalah:
  1. Dengan membaca laporan belajar murid pada tahun pelajaran sebelumnya.
  2. Lakukan percakapan dengan wali kelas maupun guru mapel yang sama pada tahun sebelumnya. Dengan cara ini kita dapat menggali lebih banyak informasi tentang murid.
  3. Melakukan percakapan dengan murid secara langsung tentang minatnya, hoby, kegemaran, hal yang tidak disukainya sera masalah-masalah yang dimilikinya. Dalam hal ini, guru dapat menerapkan teknik coaching untuk dapat menggali informasi sebanyak-banyak dari murid secara langsung.
  4. Melakukan pengmatan interaksi murid dengan rekannya, apa yang dibicarakan, amati apa yang dilakukannya, serta dengan siapa saja ia berkelompok.
  5. Membuat catatan prilaku lewat jurnal prilaku saat murid bekerja dalam kelompok ataupun selama kegiatan pembelajaran.
  6. Tanyakan kepada murid apa yang sudah diketahuinya tentang topik/materi yang akan diajarkan.
  7. Gunakan berbagai diagram organisasi berpikir sebagai alat memulai percakapan dengan murid.
Nah demikian ulasan mengenai pentingnya Asesmen Diagnostik dalam memenuhi kebutuhan belajar murid, serta apa yang dilakukan untuk dapat melakukan diagnostik tersebut. Semoga bermanfaat.



Sunday, September 4, 2022

PEMBELAJARAN BERBASIS PROJEK SAMA GAK SIH DENGAN MEMBUAT PROJEK?

Saat ini istilah Merdeka Belajar sangat sering terdengar dalam dunia pendidikan. Hal ini tentunya tak terlepas dari diterapkannya Kurikulum Merdeka pada Sekolah Penggerak serta sekolah-sekolah yang secara mandiri menerapkan Kurikulum Merdeka. Dalam implementasi kurikulum ini, kita sering mengenal istilah pembelajaran berbasis projek sebagai salah satu bentuk pembelajaran yang dapat memerdekakan murid. 

Sesungguhnya pembelajaran berbasis projek bukanlah barang baru bagi seorang pendidik. Akan tetapi dengan konsep merdeka belajar pembelajaran berbasis proyek menjadi lebih populer diterapkan saat ini dalam pembelajaran. 


Ketika menerapkan projek dalam pembelajaran, pendidik jangan sampai terjebak dalam konsep membuat projek dan pembelajaran berbasis projek. Nah, apakah keduanya berbeda? Ya, keduanya adalah sesuatu yang berbeda. Lalu, apa perbedaannya, mari kita simak bersama.

Ketika dalam pembelajaran kita membuat projek, maka ide akan berasal dari gurur. Umumnya projek ini bermula dari tugas yang diberikan oleh guru kepada murid. Projek yang dibuat adalah tujuan dari capaian pembelajaran tertentu dalam bentuk penugasan. Umumnya, produk yang dihasilkan berupa barang. Sedangkan Pembelajaran Berbasis Projek menekankan pada kemampuan murid untuk berfikir kritis dan kreatif untuk menuangkan ide dan gagasan tertentu. Dengan kata lain, ide berasal dari murid. Projek yang mereka rancang bermula dari masalah sekitar yang ditemukan murid. Projek yang mereka rancang bertujuan untuk mencari solusi untuk suatu masalah. Dengan demikian, produk yang dihasilkan tentunya akan berbeda-beda. 

Dengan menerapkan Pembelajaran Berbasis Projek secara otomatis kita telah menerapkan pembelajaran berdifrensiasi. Dalam hal ini, murid memiliki kesempatan untuk memilih permasalahannya secara mandiri sebagai topik dari proyek mereka sebagai bentuk promosi pilihan dan suara murid. Mereka juga akan belajar dengan kesiapan belajar yang berbeda, proses yang berbeda dalam mengerjakan projek serta produk yang sudah pasti berbeda.

Dalam memulai Pembelajaran Bernbasis Projek guru tidak perlu memaparkan informasi untuk memperkenalkan pengetahuan tentang topik projek. Guru cukup membimbing murid sehingga mereka mampu mencari informasi sendiri, malah bisa dengan langsung praktik dan belajar dari kesalahan.

Begitu pula dengan pemecahan msalah. Guru tidak perlu memulai pembelajaran dengan memecahkan masalah. Memecahkan masalah adalah hal yang dilakukan terakhir bukan diawal. Yang dilakukan diawal adalah mengidentifikasi masalah, memahami mengapa masalah itu terjadi, apa saja penyebabnya dan mencari tahu akar permasalahannya. Lalu, siapa yang memecahkan masalah dalam projek tersebut? yang memecahkan masalah dalam Pembelajaran Berbasis Projek adalah murid itu sendiri.

Lalu, apakah salah membuat projek? Tentu tidak. Membuat projek jauh akan lebih baik daripada belajar hanya dengan menghapal saja. Apalagi jika pembelajaran dikemas dengan Pembelajaran Berbasis Projek, baik dalam mata pelajaran maupun penguatan Profil Pelajar Pancasila. Mari menjadi pendidik merdeka.